biografi kh said gedongan
Beliaulahir pada tahun 1906 di dusun Gedongan kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon Jawa Barat, ayah beliau KH Aly bin Abdul Aziz dan ibu beliau Hasinah binti Kyai Sa'id, KH. Mahrus Aly adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara.
Takkenal maka tak sayang. Barangkali peribahasa itu tepat untuk menggambarkan keadaan Indonesia akhir-akhir ini, dimana orang tak hanya tak kenal dan tak sayang, tetapi bahkan justru memfitnah, membenci dan memaki, dengan orang yang belum dikenalnya di media. Tak terkecuali, berbagai fitnah, berita palsu (hoax) dan makian yang dialamatkan kepada Prof Dr KH Said Aqil []
tokoh2pembaharuan islam di mesir. tesis. biografi mohammad iqbal dan pemikiran pemikirannya smile. doc makalah pemikiran agama dan politik said nursi. corat coret ku pemikiran pendidikan islam kh ahmad dahlan. pembela islam tokoh tokoh pembaharuan pendidikan islam di. tokoh tokoh pendidikan islam dari klasik ke modren. tokoh tokoh pendidikan
Takkenal maka tak sayang. Barangkali peribahasa itu tepat untuk menggambarkan keadaan Indonesia akhir-akhir ini, dimana orang tak hanya tak kenal dan tak sayang, tetapi bahkan justru memfitnah, membenci dan memaki, dengan orang yang belum dikenalnya di media. Tak terkecuali, berbagai fitnah, berita palsu (hoax) dan makian yang dialamatkan kepada Prof Dr KH Said Aqil Siradj, MA, Ketua Umum
Tokohdan Biografi; Kamis, 06 Maret 2014. Ponpes Tahfidz Quran MAU NGAPALIN AL-QUR'AN ? PESANTREN TAHFIDZUL QUR'AN PILIHAN : I. Jawa Timur dan Madura 1. PP. Darussalam Blok Agung. Pengasuh: KH. Hisyam Syafa'at, Pengasuh Tahfidz: K. Imam Mukhtar. Pengasuh: Ust. Saad Said. Alamat: Tuju tuju, Kajuara, Bone, Sulawesi Selatan 7. PPTQ Al-Amin
Site De Rencontre Pour Seniors En Belgique. Paru le 5 mai 2021 Kiosque Prix Français François Gendron détient un record de longévité de 42 ans comme élu en politique québécoise. Il a dirigé onze ministères et obtenu les prestigieux titres de vice-premier ministre du Québec et de président de l’Assemblée nationale. Cependant, l’ex-député d’Abitibi-Ouest est beaucoup plus que des statistiques. Aujourd’hui retraité de la politique, mais toujours très actif, il a accepté d’exposer sa vie personnelle et professionnelle. Sans langue de bois, il offre sa vision de vastes pans de l’histoire du Québec des cinquante dernières années et il partage ses anecdotes avec les grands noms de la politique québécoise et canadienne qu’il a côtoyés de très près ou de loin.
Daftar Isi 1. Riwayat Hidup dan Riwayat Wafat 2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Guru-guru 3. Kisah Teguh dalam Memiliki semangat yang Istiqomah dalam Ibadah 4. Mengasuh Pesantren 5. Referensi 1. Riwayat Hidup LahirKH. Ja’far Shodiq Aqil Siroj, akrab dipanggil Buya Ja’far oleh para santrinya lahir di komplek Pondok Pesantren Kempek Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon pada tanggal 1 Juni 1951, beliau merupakan anak sulung dari 5 bersaudara pasangan KH. Aqil Siroj Pondok Pesantren Gedongan, Cirebon dengan Ny. Hj. Afifah Harun, putri pendiri Pondok Pesantren Kempek, KH. Harun Abdul antara saudara-saudara beliau adalah KH. Said Aqil Siroj Ketua Umum PBNU Masa Khidmah 2010-2021, KH. Muhammad Mushtofa Aqil Siroj, KH. Ahsin Syifa Aqil Siroj KH. Niamillh Aqil Siroj. Riwayat KeluargaKH. Ja’far Shodiq Aqil Siroj menyempurnakan separuh agamanya dengan menikahi Ibu Ny. Hj. Daimah binti KH. Nashir Abu Bakar yang merupakan sepupu beliau dari jalur ibu, dari pernikahan ini beliau dikaruniai putra dan putra yang kelak menjadi penerusnya, yakni Ny. Hj. Tho’atillah Ja’far KH. Ahmad Zaeni Dahlan, Lc., Izzat Muhammad Abir Azra Larasati KH. Muhammad bin Ja’far Ny. Najhah Barnamij binti KH. Bisyri Imam Gedongan Ummu Aiman Ja’far KH. Ahmad Nahdli bin Ja’far Ny. Upi Diana Sari, Kaliwungu Aqilah Ja’far Ust. Ashif Shofiyullah, Hamid bin Ja’far NasabBerdasarkan silsilah nasab KH. Ja’far Shodiq Aqil Siroj, beliau masih merupakan dzurriyah Rasullullah yang ke-32 dengan urutan nasabnya sebagai berikut Nabi Muhammad SAW Fatimah Az-Zahra Al-Imam Sayyidina Hussain Sayyidina Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Muhammad Al Baqir bin Sayyidina Ja’far As-Sodiq bin Sayyid Al-Imam Ali Uradhi bin Sayyid Muhammad An-Naqib bin Sayyid Isa Naqib Ar-Rumi bin Ahmad al-Muhajir bin Sayyid Al-Imam Ubaidillah bin Sayyid Alawi Awwal bin Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah bin Sayyid Alawi Ats-Tsani bin Sayyid Ali Kholi’ Qosim bin Muhammad Sohib Mirbath Hadhramaut Sayyid Alawi Ammil Faqih Hadhramaut bin Sayyid Amir Abdul Malik Al-Muhajir Nasrabad, India bin Sayyid Abdullah Al-’Azhomatul Khan bin Sayyid Ahmad Shah Jalal Ahmad Jalaludin Al-Khan bin Sayyid Syaikh Jumadil Qubro Jamaluddin Akbar Al-Khan Al Husein bin Sayyid Ali Nuruddin Al-Khan Ali Nurul Alam Sayyid Umdatuddin Abdullah Al-Khan bin Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah Pangeran Pasarean Pangeran Muhammad Tajul Arifin Pangeran Dipati Anom Pangeran Suwarga atau Pangeran Dalem Arya Cirebon Pangeran Wirasutajaya Adik Kadung Panembahan Ratu Pangeran Sutajaya Sedo Ing Demung Pangeran Nata Manggala Pangeran Dalem Anom Pangeran Sutajaya ingkang Sedo ing Tambak Pangeran Kebon Agung Pangeran Sutajaya V Pangeran Senopati Pangeran Bagus Pangeran Punjul Raden Bagus atau Pangeran Penghulu Kasepuhan Raden Ali Raden Muriddin KH. Raden Nuruddin KH. Murtasim Kakak dari KH Muta’ad leluhur pesantren Benda Kerep dan Buntet KH. Said Pendiri Pesantren Gedongan KH. Siradj KH. Aqil KH. Ja’far Shodiq WafatKH. Ja’far Shodiq Aqil Siroj kembali keharibaanAllah SWT pada hari Selasa tanggal 1 April 2014 atau bertepatan dengan tanggal 1 Jumadil Akhir 1435 H pukul WIB, di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat RSPAD Gatot Soebroto Jakarta karena sakit. 2. Sanad Ilmu dan Pendidikan PendidikanKH. Ja’far Shodiq Aqil Siroj mengawali pendidikannya dengan mengaji di Pondok Pesantren Kempek sampai mengkhatamkan Al-Qur’an kepada paman beliau, KH. Umar Sholeh dan Alfiyah Ibn Malik dibawah bimbingan ayahanda beliau langsung yakni, KH. Aqil Siroj, kemudian beliau melanjutkan pendidikannya di beberapa pesantren seperti Pondok Pesantren Lirboyo 3 Tahun Pondok Pesantren Sarang 1 Tahun Pondok Pesantren Tanggir 3 Tahun Ngaji Pasaran Ngalap Berkah di Ponpes Mranggen, Salatiga, Kaliwungu dan ponpes lain di Jawa Timur Guru-guru KH. Aqil Siroj Kempek KH. Umar Sholeh Kempek KH. Mahrus Ali Lirboyo KH. Marzuki Dahlan Lirboyo 3. Kisah Teladan Teguh dalam pendirianSetelah ayahanda, Kyai Haji Aqiel Siroj berpulang ke Rahmatullah, kepemimpinan pesantren diambil alih olehnya, sebagai anak yang pertama beliau memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengasuh Pondok Pesantren KHAS dulu MTM dan terlebih lagi keluarga. Hal ini sesuai dengan dawuh adiknya, yakni Romo Kyai Haji Musthofa Aqielالولد الاكبر فى منزلة الاPutra sulung itu kedudukannya seperti BapakDalam menjalani amanat tersebut, Buya Ja’far adalah sosok yang tegas dalam memilih. Ia tidak berbelit-belit dan bila sudah berkata A beliau akan tetap dalam keteguhanya mengatakan A. Memiliki semangat yang tinggiBuya Ja’far juga dikenal sebagai sosok yang memiliki semangat yang tinggi dalam hidup dan seorang pekerja keras. Beliau pernah berpesan pada santrinya agar terus bekerja keras untuk mengejar cita-citanya. “Jangan berharap sukses jika tidak mau capek dan lelah,” pesan Buya Ja’far pada santri-santrinya. Semangat ini juga lah yang membawa pesantren KHAS Kempek di tangan beliau mengalami kemajuan pesat, hingga menghasilkan banyak perkembangan. Di antara perkembangan tersebut adalah sebagai berikut Pada tahun 1996, ponpes KHAS Kempek yang waktu itu masih bernama Majelis Tarbiyatul Mubtadiien membuka sekolah MTs Terbuka untuk mengikuti tuntutan perkembangan zaman, yakni wajib belajar formal 9 tahun kala itu. Dan pada tahun 2002, sekolah terbuka tersebut resmi menjadi MTs KHAS Kempek. Setelah itu, dibangun pula MA KHAS Kempek pada tahun 2003 dan SMP KHAS Kempek pada tahun 2009. Pada awalnya, pesantren Kempek didirikan khusus untuk para santri yang fokus mengkaji kitab kuning. Akan tetapi kalau zaman sekarang pondok pesantren masih seperti itu, maka kemungkinan besar minat santri untuk belajar di Kempek akan semakin berkurang karena disamping santri yang notabanenya adalah mengkaji kitab kuning juga harus mengikuti perkembangan dari inisiatif itulah, Abuya Ja’far mereformasi untuk kegemilangan pesantren Kempek dengan menambahkan kurikulum wajib belajar formal. JujurDawuh beliau yang populer adalah “Santri aja bulit, aja menang dewek”. Santri jangan curang, jangan menang ini jarang dimiliki oleh orang lain. Sampai orang terdekatnya pun mengakui bahwa beliau adalah sosok yang sangat jujur. Saking jujurnya beliau tak pernah sembarangan dalam mengatur keuangan. Uang pondok yang dipegang oleh beliau sangat rapih dan tertib tak pernah disatukan dengan uang milik pribadinya, agar lebih berhati hati dalam menggunakan hak milik sendiri. KH. Muh. Musthofa Aqiel pernah menyebutkan hadis Nabi yang berbunyiعَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَاِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ اِلَى الْبِرِّ اِنَّ الْبِرِّيَهْدِيْ اِلَى الْجَنَّةِ رواه البخارى ومسلمArtinya “Hendaknya kamu selalu jujur karena kejujuran itu akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu akan membawa ke dalam surga.” HR. Bukhari dan MuslimDan oleh karena itu, Kang Muh yakin Bahwa Buya Ja’far adalah dari penduduk surga. Istiqamah dalam ibadah“Isun bli bisa niru istiqomahe buya Ja’far,” Begitulah pernyataan dari KH. Muh. Musthofa Aqiel saat menggambarkan sosok Buya Ja’far yang sangat istikamah dalam beribadah, termasuk sholat tahajud. Waktu selalu beliau jadwal dan dilakukan dengan istikamah. Setiap jam 11 malam beliau istirahat dan jam 3 pagi bangun, lalu beliau sholat tahajjud dengan tak lupa mendoakan santri santrinya agar di-futuh-kan hatinya dan diberkahi hidupnya. Setiap setelah shalat Shubuh berjama’ah, Buya Ja’far juga sangat istikamah membaca 1000 kali shalawat kepada Nabi Muhammad bersama santri-santrinya. Hal ini merupakan salah satu keistikamahan beliau yang sangat terkenang di hati para santrinya. Terlebih Buya Ja’far pernah dawuh ”Dengan rajin bersholawat, yang kita usahakan dan cita-citakan, insyaallah akan tercapai.” 4. Pengabdian Mengasuh PesantrenSetelah ayahanda beliau wafat, KH. Ja’far Shodiq Aqil Siroj diberi amanah untuk melanjutkan estafet kepemimpinan pesantren yang pada saat itu masih bernama Majlis Tarbiyatul Mubtadiin MTM yang masih merupakan satu kesatuan dengan Pondok Pesantren Kempek. Di mana seiring berjalannya waktu kemudian menjadi Pondok Pesantren KHAS Kempek, Dan untuk menaungi MTM ini, beliau bersama adik-adiknya yakni Prof. DR. KH. Said Aqil Siroj, MA Ketua Umum PBNU Th. 2010-2021, KH. Moh. Musthofa Aqil Siroj, Al-Maghfurlah KH. Ahsin Syifa Aqil Siroj dan KH. Ni’amillah Aqil Siroj, kemudian pada tahun 1995 mendirikan Yayasan Kyai Haji Siroj KHAS dalam perkembangan selanjutnya sekarang Yayasan tersebut memiliki beberapa unit pendidikan yakni Madrasah Tahdzibul Mutsaqofien MTM Putra dan Putri Madrasah Tsanawiyah MTsS KHAS Kempek, tahun 2002 Madrasah Aliyah MAS KHAS Kempek, tahun 2003 Sekolah Menengah Pertama SMP S KHAS Kempek, tahun 2009 Majlis Dirosah Ilmiah Al-Ghadier, tahun 2009 Sekolah Menengak Kejuruan SMK KHAS Kempek Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan STIKES KHAS Kempek Sekolah Tinggi Agama Islam STAI KHAS Kempek Di samping kesibukan KH. Ja’far Shodiq dalam mengasuh dan mengembangkan pesantrennya, beliau juga turut aktif dalam organisasi-organisasi keagamaan, sosial maupun politik, hal ini salah satunya dibuktikan dengan kesuksesan beliau dalam menyelenggarakan dan menjadi tuan rumah MUNAS Alim Ulama dan KONBES NU pada tahun 2012 dan beberapa jabatan yang diamanahkan kepada beliau hingga ahir hayatnya, diantaranya Pengasuh Majlis Tarbiyatul Mubtadiin Pon. Pes. KHAS Kempek Ketua Yayasan KHAS Ketua MUI kabupaten Cirebon Wakil Rais Syuriah Jawa Barat 5. Referensi
Élevé à la dure » sur une petite ferme abitibienne, François Gendron a vu son père mourir trop jeune et a dû bûcher fort pour faire ses études, un parcours qui a marqué celui qui détient le record de longévité à l’Assemblée nationale. Mon père était cultivailleur. [La ferme n’était pas rentable, il devait travailler dans une usine pour compléter ses revenus.] Quand tu fais le train le matin avant d’aller à l’école du rang à pied, ça forme le caractère », laisse tomber l’ancien député péquiste en entrevue. Dans sa biographie, il revient sur ses racines qui ont profondément marqué sa longue carrière à l’Assemblée nationale, ses convictions sociales-démocrates et son penchant régionaliste. Photo courtoisie François Gendron, 42 ans de passion pour le Québec et ses régionsÉcrit en collaboration avec Samuel Larochelleaux Éditions Druide De La Sarre à Pékin En 2012, vice-premier ministre, il est reçu en grand lors d’une visite en Chine. Je n’arrivais pas à croire qu’un petit gars du 6e et 7e Rang Ouest de La Sarre, un fils de cultivateur qui a perdu son père très jeune, ait la chance de vivre ça », écrit-il. Car M. Gendron, qui a occupé 11 ministères durant sa carrière, dont l’Éducation, ne l’a pas eu facile. Son père, Odilon Gendron, s’est établi en Abitibi dans le cadre du plan de colonisation Vautrin et pour éviter la conscription de 1940 ». Dès son arrivée, sa mère, Marguerite Mercier, a été catastrophée en constatant les conditions de vie sur place ». Sa famille vivait une vie de paysans, sans télévision ni beaucoup d’argent ». La toilette à eau est arrivée chez nous quand j’avais 12 ans. On devait faire nos besoins dehors ou dans un contenant placé dans la cave », écrit-il. L’école à l’arraché Dire que le système scolaire de l’époque laissait à désirer est un euphémisme. Après son passage à la petite école, ses parents souhaitaient le garder à la maison pour qu’il travaille à la ferme. Un religieux, cousin de son père, convainc la famille de l’envoyer au juvénat. C’est sa tante Isabelle qui met la main à la poche pour l’envoyer au secondaire, à Berthierville, dans Lanaudière. Photo courtoisie Fils d’agriculteur et provenant d’un milieu modeste, il s’est battu toute sa jeunesse pour être éduqué. Puis le malheur frappe. Le directeur de conscience de François Gendron arrive à la conclusion que le jeune homme de 17 ans n’a pas la vocation religieuse, et le met à la porte du collège. Lorsqu’il revient de Berthierville pour l’annoncer à ses parents, la tragédie a frappé. Son père est décédé dans un accident automobile causé par un chauffard en état d’ébriété. Il réussit toutefois à convaincre les religieux de le reprendre, mais sous conditions. Il doit s’occuper du ménage des toilettes, et n’a pas le droit de participer aux récréations. Cette expérience m’a forgé le caractère et permis d’apprendre que des convictions, ça se défend », écrit M. Gendron. Camelot à 19 ans Jusqu’à ce qu’il obtienne son brevet d’enseignement, M. Gendron devra accumuler les petits boulots pour survivre. J’étais camelot à 19 ans, les gens me traitaient de grand niaiseux », dit-il. À un moment, il dort dans un sous-sol d’église et se lave à la débarbouillette. Lorsqu’il est élu député d’Abitibi-Ouest en 1976 avec la vague qui porte au pouvoir le Parti québécois de René Lévesque, M. Gendron, enseignant et syndicaliste, porte avec lui ces expériences. Il mènera un important combat pour que l’Abitibi-Témiscamingue ait sa propre université. Dans les années 1980, il pilote une réforme du développement régional. Et le fils d’agriculteur dépose une politique de souveraineté alimentaire en 2012 sous le gouvernement Marois. Anxiété Mais son parcours politique a laissé des traces sur sa santé. J’ai fait des crises de panique sur une base régulière entre 1983 et 1990 », écrit-il. Il s’est retrouvé une dizaine de fois à l’urgence en cinq ans. Il a toutefois repris le contrôle sur sa santé en recevant des soins psychologiques. Aujourd’hui, M. Gendron, qui réside à La Sarre, à quelques dizaines de kilomètres de son lieu de naissance, reconnaît qu’il a de la peine » à voir l’état actuel du PQ. Il ne croit pas qu’il verra l’indépendance du Québec, à laquelle il croit toujours, de son vivant. Photo courtoisie M. Gendron a été honoré par plusieurs premiers ministres pour sa carrière politique. Mais à 77 ans, il continue de croire qu’un jour le Québec reprendra sa marche vers la souveraineté. Je vous ferai une liste d’attachés politiques de la CAQ qui ont encore la souveraineté tatouée sur le cœur », dit-il en riant. François Gendron, 42 ans de passion pour le Québec et ses régions, écrit en collaboration avec Samuel Larochelle, sera disponible le 5 mai, aux éditions Druide.
Sejarah Friday, 15 Apr 2022, 2136 WIB Keterangan Peziarah membaca tahlil di makam Pendiri Pondok Pesantren GedonganSumber Cirebon, Jawa Barat, Pesantren Gedongan salah satu pesantren tua yang mempunyai pengaruh besar dalam perjalanan sejarah masyarakat Cirebon sejak berdirinya hingga kini. Dari pondok ini lahir-lahir ulama-ulama besar Nusantara dan tokoh-tokoh publik lainnya. Kerabat-kerabat dari keluargan pesantren ini kelak menjadi orang penting seperti Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU KH. Said Aqil Siraj dan KH. Mahrus Ali yang kelak menjadi pendiri Pondok Pesantren ini terletak di 15 kilometer dari Pusa Kota Cirebon, tepatnya di Desa Ender Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon. Pesantren tersebut telah eksis lebih kurang lebih tiga abad. Meskipun zaman terus berkembang, Pondok Gedongan tak habis ditelan waktu. Santri-santri dari penjuru Indonesia terus berdatangan setiap tahunnya untuk belajar agama. Scroll untuk membaca Scroll untuk membaca Moderasi Islam, nilai-nila kesederhanaan adalah warisan para ulama yang tetap dlestarikan hingga kini. Itu juga warisan dari sosok pendiri Pondok Gedongan Kiai Muhammad Said. Ia salah satu tokoh penting dalam penyebaran Islam di Cirebon. Menurut buku Meneguhkan Islam Nusantara, Biografi Pemikiran & Kiprah Kebangsaan Prof. Dr. KH Said Aqil Siraj Kiai Said menyebarkan moderasi Islam sebagaimana ajaran Walisongo. Kiai Said adalah tokoh yang berani membabat alas di sebuah dusun yang gelap di tengah hutan. Ia dengan sabar memoles dusun tersebut menjadi pusat pendidikan Islam. Maka dari itu, sosoknya sangat dikenal di daerah tersebut secara khusus dan kawasan Cirebon pada Said yang juga keturunan dari Sunan Gunung Jati mempiliki pemikiran terbuka akan segala perbedaan. Dia bukan tokoh yang kaku karena penguasaannya terhadap bermacam madzhab.. Oleh karena itu, dalam buku tersebut disebutkan bahwa Pondok Pesantren Gedongan salah satu di antara pusat pendidikan Islam yang mampu menguatkan tradisi Islam berdampingan dengan tradisi dari historyofcirebon, Kiai Said hidup sekitar 1800-an. Namun tak ada kepastian yang menerangkan tentang kapan Kiai Said dilahirkan di Desa Pesawahan Sidanglaut Cirebon. Kedatangan Kiai Said ke Gedongan juga terjadi berbagai versi. Ada yang menyebutkan ingin menghindari kejaran dari penjajan Belanda karena terlinat pemberontakan dengan yang digagas Kesultanan Cirebon dan Bagus Rangin. Adapula yang menyebutkan Kiai Said memang sengaja datang untuk menyebarkan Islam secara luas di kawasan penuturan para Kiai gedongan kepergiannya ke Gedongan disebutkan atas izin keluarga Sultan Kasepuhan Cirebon. Di sana Kiai Said diperbolehkan menempati tanah hutan sebagai tempat pengasingan karena tanah tersebut milik ayahnya. Ia bersama Istri, Nyai Memunah dan beberapa santi dengan total 24 orang menempati tanah tersebut yang kelak menjadi pesantren berpengaruh. pesantrengedongan pesantrentua moderasiislamcirebon sejarahcirebon islamdicirebon Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini Jurnalis dan pernah nyantri
Suasana di maqbaroh Kiai Said Gedongan sumber istimewa - Kiai Said Gedongan terkenal sebagai sosok kiai Cirebon yang mempunyai kesitiqamahan yang luar biasa. Salah satu keistiqamahan beliau adalah tidak pernah meninggalkan ngaji bersama para santri. "Siapapun yang bertamu saat Kiai Said muruk mengajar, tidak akan ditemui sampai selesai ngajinya," tutur KH. Wawan Arwani saat memberikan mauidzhoh di acara haul KH. Muhammad Said Gedongan ke 88, Cirebon, Sabtu 13/04/19 malam. Kiai Wawan, yang juga keturun Kiai Said menceritakan, suatu hari seorang Resident Belanda mendatangi kediaman Kiai Said di Gedongan. Pada waktu itu, beliau sedang mengajar kitab hadist. Kiai Said tidak menemui Resident Belanda tersebut hingga selesai mengajar para santri. Melihat respon Kiai said seperti itu, sang resident pun merasa kesal dan sempat protes kepada beliau. "Jare kiai iku kiai ngormati tamu. Tapi kenapa saya datang ke sini untuk ketemu kiai, tidak ditemui" kata kiai wawan ketika menceritakan ucapan residen kala itu. Mendengar protes dari sang resident, kata kiai wawan, Kiai Said menjelaskan kalau ia sedang bertemu dengan orang yang paling terhormat Red, Nabi Muhammad SAW. "Ya Allah, Kiai Said muruk hadist. Karena itu, beliau luar biasa hudur dateng kanjeng Nabi Muhammad SAW," terang Kiai yang menjabat Rais Syuriah PCNU Cirebon tersebut. [
biografi kh said gedongan